Apa Itu Mental Blocks?
Mental blocks, adalah hambatan secara mental / psikologis yang
menyelubungi pikiran seseorang. Ia dapat muncul dari kekeliruan
pengalaman hidup / pergaulan, sisa traumatik masa lalu, sisa luka batin,
sisa pengalaman yang tidak mengenakkan ketika kecil maupun karena
“kekeliruan” atau kekurangtepatan cara pandang / anggapan terhadap
sesuatu bahkan akibat cara belajar/ pendidikan yang tidak tepat.
Kemunculannya (manifestasinya) bisa berbentuk kecanggungan
bertindak, kesulitan berbicara (apalagi di depan umum), kesulitan
mengaktualisasikan diri (walaupun sebenarnya memiliki berbagai
kelebihan, misalnya kecerdasan/ kemampuan lain), kadang juga muncul
dalam bentuk sindrom “inferior complex” / sindrom rendah diri.
Contoh gampangnya gini deh… Pernah ngelihat sirkus gak? Nah, coba
kita amati tuh binatang buas di sirkus ataubinatang gede semacam
gajah… Gajah kan punya kekuatan besar dan bisa aja meloloskan diri
dari seutas tali kecil yang ditambat ke tiang pancang yang cuma
selengan anak kecil… Dengan sekali tarik pasti deh lepas.. Tapi
kenyataannya kan enggak… Itu karena si gajah diajari untuk tidak bisa
lepas dari tiang pancang itu.. Alhasil sang gajah pun “percaya” dan
menganggap dirinya tidak cukup kuat untuk meloloskan diri…
Demikian pula dengan sang Raja Hutan yang menjadi “loyo”…. Pikiran
mereka terlanjur “diprogram” untuk melakukan apa-apa yang diinginkan
oleh pemilik sirkus! Itulah gambaran sederhana mental block. Mental
block menghalangi pikiran sadar seseorang dari tindakan positif yang
memberdayakan.
Apa Itu “Program Negatif”
Berkerabat dengan “mental block”, “program negatif” muncul
mengiringi kehidupan kita sehari-hari, yakni ketika pikiran kita
berhubungan dengan berbagai informasi yang tidak semuanya
memberdayakan! Waspadalah!!! Dalam istilah hipnoterapi, pikiran kita
diprogram oleh keadaan dan situasi kehidupan di sekitar kita, diprogram
oleh televisi, sinetron, dsb…. Kadang diprogram oleh anggapan kita sendiri yang kadang bertentangan dengan produktivitas. Misalnya, kita
pernah menganggap bahwa sukses itu hanya milik orang-orang yang
berduit banyak, dsb… Jika pikiran kita meyakini hal itu, maka benar
jugalah, terjadilah…. kita sulit sukses karena pikiran kita telah
menolaknya! Jadilah “mental block”.
Hal yang sama, terjadi di rumah-rumah, ketika orangtua yang sedang
marah, mengata-ngatai anaknya dengan ucapan kasar dan
“menghukum”/ memvonis, misalnya…”kamu memang anak goblok kok,
masak gini aja gak bisa…”, dsb….. Atau, ada lagi variasi lain. Ketika
mendapoati anaknya yang nakalnya bukan main (maklum anak-anak,
kan gitu biasanya.. ntar kalo dieeem aja, ntar malah jadi patung lhoh….
hehe…), sang ibu ngomel-ngomel di deopan anaknya pula: “…duh…
bandelnya kamu… kayak anak setan…” (naudzubillaah..). Emang
seneng kalo anaknya jadi anak setan.. hehehe….
Di sekolah, sering pula kita temui guru yang seenaknya berucap
sembrono kepada murid-muridnya.
Kata-kata itu mempengaruhi pikiran
anak dan lambat laun berubah menjadi program negatif yang terbawa
hingga anak tersebut dewasa kelak!
Itulah beberapa “ketidaksengajaan” atau “kekhilafan” yang berujung
FATAL! Dalam bahasa masyarakat umum (masyarakat Jawa) disebut
“mandi pangucape” (manjur kata-katanya).
Dalam terminologi hipnoterapi, kata-kata tersebut masuk ke alam bawah
sadar si anak dan langsung memprogram pikiran sadarnya! Ingat:
kekuatan alam pikiran bawah sadar = 88% ! Cukup kuat untuk
memerintah pikiran sadar (yang cuma 12%!) yang selanjutnya, pikiran
sadar memerintah organ-organ tubuh (fisik)! Bayangkan dan rasakan
akibat kelalaian kecil tadi ! Demikian juga, bila seseorang terbiasa
menerima kata-kata negatif yang merendahkan (bahkan mungkin
dialami sejak pada masa kanak-kanak) baik oleh orang-orang di
lingkungan rumah, sekolah, di lingkungan permainan bersama teman-
temannya, dsb. Atau, seseorang yang ketika kecil sering ditakut-takuti,
akan tumbuh menjadi pribadi yang canggung, rendah diri, penakut, dsb… Kalau dah gini nih…. bahaya…. Pengalaman pahit tersebut
(kadang berupa trauma), dapat berubah menjadi selaput penghalang
(blocks) secara mental, yang disebut mental blocks.
Sebenarnya masih sangat banyak kejadian di sekitar kita yang dapat
menjelma menjadi mental block, penghalang pemikiran produktivitas
kita.
Saya contohkan, dari pengalaman salah seorang guru hypnotherapy
saya, Aria surya, Sgmh.
Artikel ini saya tulis untuk menjawab banyak sekali pertanyaan yang
diajukan kepada saya baik melalui email, SMS, ataupun saat seminar.
Ternyata masih banyak juga orang yang kurang jelas apa itu mental
block, proses pembentukan, cara mengenali, dan yang lebih penting cara
untuk mengatasi dan menghilangkan mental block.
Sebelum saya membahas apa itu mental block saya akan menjelaskan
kembali proses pemrograman pikiran manusia.
Proses pemrograman pikiran sebenarnya telah terjadi sejak seorang anak
masih di dalam kandungan ibunya, sejak ia berusia 3 bulan. Pada saat ini
pikiran bawah sadar telah bekerja sempurna, merekam segala sesuatu
yang dialami seorang anak dan ibunya. Semua peristiwa, pengalaman,
suara, atau emosi masuk ke dan terekam dengan sangat kuat di pikiran
bawah sadar dan menjadi program pikiran.
Saat kita lahir, kita lahir hanya dengan satu pikiran yaitu pikiran bawah
sadar. Bekal lainnya adalah otak yang berfungsi sebagai hard disk yang
merekam semua hal yang kita alami. Sejak lahir, dan sejalan dengan
proses tumbuh kembang, kita mengalami pemrograman pikiran terus
menerus, melalui interaksi kita dengan dunia di luar dan di dalam diri
kita.
Pada anak kecil, yang memprogram pikirannya adalah terutama kedua
orangtuanya, pengasuh, keluarga, lingkungan, guru, TV, dan siapa saja yang dekat dengan dirinya. Saat masih kecil pemrograman terjadi
dengan sangat mudah karena pikiran anak belum bisa menolak informasi
yang ia terima. Ketidakmampuan memfilter informasi ini disebabkan
karena pada saat itu critical factor, atau faktor kritis, dari pikiran sadar
belum terbentuk. Kalaupun sudah terbentuk critical factor masih lemah.
Pemrograman pikiran saat anak masih kecil terjadi melalui dua jalur
utama yaitu melalui imprint dan misunderstanding. Definisi imprint
adalah “a thought that has been registered at the subconscious level of
the mind at a time of great emotion or stress, causing a change in
behavior” atau imprint adalah apa yang terekam di pikiran bawah sadar
saat terjadinya luapan emosi atau stress, mengakibatkan perubahan pada
perilaku.
Misunderstanding adalah salah pengertian yang dialami seseorang saat
memberikan makna kepada atau menarik simpulan dari suatu peristiwa
atau pengalaman.
Baik imprint maupun misunderstanding, setelah terekam di pikiran
bawah sadar, akan menjadi program pikiran yang selanjutnya
mengendalikan hidup seseorang.
Satu hal yang perlu kita mengerti yaitu bahwa semua, saya ulangi…
semua, program pikiran adalah baik. Program pikiran selalu bertujuan
membahagiakan kita. Program pikiran diciptakan atau tercipta demi
kebaikan kita berdasarkan level kesadaran dan kebijaksanaan kita saat
itu.
Program pikiran menjadi mental block apabila bersifat menghambat kita
dalam mencapai impian atau tujuan kita. Sebaliknya program pikiran
akan menjadi stepping block, batu lompatan, bila bersifat mendukung
kita.
Anda jelas sekarang? Atau masih bingung?
Ok, saya kasih contoh ya biar lebih jelas.
Ini dari kasus klinis yang pernah saya tangani. Ada seorang wanita,
sebut saja Rosa, cantik, ramah, cerdas, pintar cari uang, dan mandiri tapi
sampai saat bertemu saya, usianya saat itu 35 tahun, masih jomblo alias
single, belum dapat jodoh.
Rosa juga bingung mengapa ia sulit dapat jodoh. Ada banyak pria yang
suka padanya. Namun setiap kali pacaran dan jika sudah masuk ke
rencana untuk menikah, selalu muncul masalah sehingga hubungan
mereka akhirnya putus.
Setelah dicari akar masalahnya, saya menemukan program pikiran, di
pikiran bawah sadarnya, yang sangat baik namun justru bersifat
menghambat dirinya untuk bisa dapat jodoh.
Apa itu?
Ternyata ayah Rosa meninggal saat ia masih kecil, usia 7 tahun. Sejak
saat itu ibunya yang bekerja keras menghidupi keluarga mereka. Bahkan
pernah sampai jatuh sakit dan hampir meninggal.
Nah, pas saat ibunya sakit keras,Rosa berdoa dan mohon kesembuhan
untuk ibunya. Dan dalam doanya ia berjanji bahwa ia akan membalas
semua pengorbanan ibunya, setelah ia dewasa kelak, dengan selalu
menyayangi dan mendampingi ibunya.
Janji ini ternyata masuk ke pikiran bawah sadarnya dan menjadi
program. Benar, sejak saat itu dan hingga ia dewasa Rosa adalah anak
yang begitu sayang pada ibunya. Selama ini program pikirannya telah
sangat membantu Rosa dalam menjalani hidupnya. Rosa bekerja keras,
menjadi anak yang sangat mencintai ibunya. Dan ibunya juga begitu
bersyukur dan bahagia karena mempunyai anak yang begitu
menyayanginya. Nah, program yang sangat positif ini tiba-tiba berubah
menjadi program yang menghambat (baca: mental block) saat Rosa
ingin berkeluarga.
Program ini mensabotase setiap upaya Rosa untuk mendapat pasangan
hidup. Saat saya berdialog dengan “bagian” (baca: program) yang tidak
setuju bila Rosa menikah, saya mendapat jawaban yang jelas dan lugas.
Ternyata “bagian” ini khawatir Rosa tidak bisa menepati janjinya,
menyayangi dan mendampingi ibunya karena bila menikah, menurut
pemikiran “bagian” ini, Rosa harus mengikuti suaminya dan
meninggalkan ibunya sendiri. “Bagian” ini tidak setuju dengan hal ini.
Nah, anda jelas sekarang?
Saya beri satu contoh lagi biar lebih jelas.
Saya mendapat email dari seorang pembaca buku, sebut saja Bu Asri,
yang mengeluh bahwa ia telah berusaha keras untuk menaikkan
penghasilannya namun selalu gagal. Setelah membaca buku The Secret
of Mindset dan mendengarkan CD Ego State Therapy ia menemukan
program pikiran yang menghambat dirinya, khususnya di aspek
finansial.
Ternyata dulu, saat akan menikah, ia mendapat wejangan dari ibunya,
“Nak, ingat ya… nanti waktu menjadi seorang istri, cintai suamimu
dengan tulus, baik di kala suka mapun duka, layani dengan sepenuh hati,
tempatkan suami sebagai kepala rumah tangga, jaga perasaan dan harga
diri suami, jangan melebihi suamimu…….”
Pembaca, wejangan (baca: program) ini tentu sangat baik. Namun
menjadi masalah karena program ini justru menghambat upaya Bu Asri
meningkatkan penghasilannya. Selidik punya selidik ternyata
penghasilan Bu Asri saat ini sama dengan penghasilan suaminya.
Makanya saat ia berusaha menaikkan income-nya selalu saja ada
hambatan. Program ini yang menghambat dan tujuannya juga sangat
“positif” yaitu agar Bu Asri bisa menjadi istri yang baik sesuai wejangan
ibunya.
Bagaimana, jelas sekarang?
Suatu program, selama tidak bersifat menghambat diri kita maka jangan
diotak-atik. Biarkan saja. Nggak usah bingung. Ada rekan yang, setelah
membaca buku dan mengerti soal mental block, begitu giat mencari
berbagai mental blocknya. Bahkan sampai mengeluh,”Pak, saya kok
nggak menemukan mental block saya ya?”.
Lha, kalo memang nggak ada trus apa harus dipaksakan ada? Bukankah
lebih baik bila waktu yang ada digunakan untuk belajar dan
mengembangkan diri? Kekhawatiran karena tidak menemukan mental
block justru bisa menjadi mental block baru.
Lalu, bagaimana sikap yang benar?
Ya, santai saja lah. Nggak usah aneh-aneh. Kita harus netral saja.
Selama hidup kita happy, usaha lancar, semua berjalan seperti yang kita
rencanakan dan harapkan maka nggak usah pusing soal mental block.
Mental block akan kita rasakan saat ada penolakan atau hambatan
untuk mencapai suatu target yang lebih tinggi. Penolakan ini juga
timbul saat kita ingin berubah.
Ini saya kutip email yang baru saya terima dari seorang pembaca buku
saya:
“Saya ingin lebih memahami dan membaca buku-buku anda. Saya beli
The Secret of Mindset. Saat baca ada aja perasaan yang membuat saya
malas, ngantuk dsb. Padahal saya sungguh ingin membaca buku TSOM.
Bagaimana solusinya?”
Perasaan malas, mengantuk, dan berbagai perasaan lain yang
menghambat upaya untuk berubah ini adalah ulah nakal dari mental
block kita. Nah, ini saatnya kita perlu menemukan dan mengenali mental
block ini. Setelah ditemukan… ya dibereskan. Gitu aja kok repot.
Intinya, jika anda telah menetapkan target yang lebih tinggi, dari apa
yang telah anda capai saat ini, dan anda merasa ada yang tidak enak di
hati anda maka ini indikasi adanya mental block.
Atau jika anda mengalami kegagalan yang beruntun atau yang
mempunyai pola kegagalan yang sama, maka ini indikasi sabotase diri
alias mental block.
Mental block ini ada juga yang baik. Misalnya anda telah berkeluarga.
Dan ada kesempatan untuk selingkuh namun anda tidak mau. Alasannya
bisa macam-macam. Bisa takut dosa, takut masuk neraka, takut malu,
takut ketahuan, bisa karena anda tidak ingin melukai hati pasangan anda,
atau anda setia pada janji pernikahan anda, atau alasan apapun. Yang
pasti, ada satu program pikiran yang menghambat anda melakukan
sesuatu. Mental block ini tentunya perlu dipertahankan.
So… bersikaplah netral… jadilah orang yang Non Block. Artinya anda
tidak neko-neko atau aneh-aneh. Cari mental block sesuai kebutuhan.
Kalo sedikit-sedikit cari mental block … sedikit-sedikit cari mental
block… maka saya khawatir anda akan menghabiskan waktu, tenaga,
pikiran, dan resource yang anda miliki untuk sesuatu yang tidak
produktif. Kalo seperti ini…anda masuk kategori Go Block.
Sumber: Adi W. Gunawan
Saya lanjutin yach….
Setiap orang pasti memiliki pengalaman pahit, luka batin, trauma,
program pikiran yang salah (menjelma menjadi mental blocks), dsb.
Yupz… Mental Blocks ini bisa menjangkiti siapa saja. Walaupun
efeknya sangat mengganggu dan disadari oleh “pengidapnya”, tetapi
tidak dapat dijelaskan mengapa terjadi.
Berita buruknya, ketidaknyamanan mental akibat mental block ini
membelenggu seseorang, memasung kreativitas sehingga menghalangi
kesuksesan seseorang/ anak. Mereka yang berkarya di bidang
pendidikan, bisnis, produksi, jasa, dsb wajib mewaspadai mental block
ini.
Berita baiknya, mental blocks & program negatif ini dapat
dihilangkan !
Mental Block & program negatif ini hanya dapat dihilangkan efektif
dengan metode Mind Reprogramming (Pemrograman Ulang Pikiran).
Program ulang pikiran dengan bantuan tenaga hipnoterapist Klik Disini