Lansia merupakan kelompok usia yang mengalami berbagai kemuduran baik fisik maupun psikis. Kemunduran inilah yang dapat mengakibatkan berbagai permasalahan fisik maupun psikis lansia. Terkadang permasalahan fisik mengakibatkan timbulnya permasalahan psikis pada lansia hingga terganggu kesehatan mentalnya. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) lebih dari 20% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita gangguan mental atau neurologis (tidak termasuk gangguan sakit kepala). Sedangkan gangguan mental dan neurologis yang paling umum pada kelompok lansia adalah :
- Demensia dan depresi : 5% dan 7 %
- Gangguan kecemasan : 3,8%
- Masalah penggunaan narkoba : 1%
- dan sekitar seperempat kematian akibat tindakan menyakiti diri sendiri terjadi pada orang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Berikut jenis – jenis gangguan mental yang sering terjadi pada lansia :
- Demensia
Demensia adalah sindrom, biasanya bersifat kronis atau progresif, di mana terjadi kemunduran dalam ingatan, pemikiran, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Diperkirakan 50 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia dengan hampir 60% tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah total penderita demensia diproyeksikan meningkat menjadi 82 juta pada tahun 2030 dan 152 juta pada tahun 2050.
- Gejala demensia pada lansia seperti :
- Kesulitan Mengingat dalam Jangka Pendek
Lansia yang mengalami demensia akan lebih sulit mengingat menu sarapan pagi hari ini, ketimbang pengalaman di masa sekolah dulu. Gangguan ingatan jangka pendek ini juga meliputi sering lupa menaruh barang, lupa yang harus mereka lakukan pada hari tertentu, dan tidak ingat alasan memasuki ruangan tertentu.
b. Kesulitan Mengingat Kata-kata yang Tepat
Gejala awal demensia lansia yang lain adalah kesulitan berkomunikasi. Mereka sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan diri.
c. Perubahan Mood
Suasana hati yang naik-turun sangat lumrah terjadi para lansia yang mengalami demensia. Depresi pun menjadi gejala awal demensia.
d. Apatis
Lansia yang tampak cuek atau lesu, juga dapat menjadi penanda awal demensia. Jika lansia kehilangan minat untuk bersosialisasi, tampak datar secara emosional, atau sering menyendiri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
- Kesulitan Menyelesaikan Tugas-tugas Sederhana
Menurunnya kemampuan otak dalam memecahkan masalah atau kesulitan, dapat pula muncul sebagai gejala demensia lansia awal. Misalnya, mengalami kesulitan dalam bermain game atau puzzle. Untuk itu, lansia harus terus diajak bergerak aktif dan mengasah kemampuan daya pikir otak. Contohnya, berolahraga catur atau bermain teka-teki silang.
- Kesulitan Mengenali Arah
Lansia yang mengalami demensia terkadang sangat mudah tersesat di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka tidak mengingat arah menuju rumah, bahkan bangunan yang pernah dikenalnya.
- Melakukan Tugas Berulang-ulang dalam Sehari
Pengulangan sering terjadi pada demensia lansia. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya memori untuk mengingat perilaku secara umum.Lansia dapat mengulangi tugas yang sama dalam satu hari berulang kali. Misalnya, bercukur, makan, mandi, beribadah, dan sebagainya. Mereka juga kerap mengumpulkan barang-barang secara berlebihan.Ada kalanya, demensia lansia juga mengulang pertanyaan yang sama saat berbincang, meskipun pertanyaan tersebut sudah pernah dijawab.
- Kesulitan Beradaptasi dengan Perubahan
Bagi lansia yang mengalami demensia tahap awal, pengalaman kesulitan mengingat akan memicu rasa takut. Mereka tiba-tiba tidak bisa mengingat nama anggota keluarga atau sering tersesat ketika keluar rumah. Oleh sebab itu, lansia yang mengalami demensia terkadang menjadi takut mencoba hal baru dan sulit beradaptasi dengan perubahan.Bantu penderita demensia lansia untuk mengatasi masa-masa sulit dalam hidup mereka dengan mendeteksi dan mengenali gejala awal demensia sejak dini.
- Jenis demensia pada lansia :
- Demensia pada penyakit Alzheimer
Sekitar 60-80% penderita demensia disebabkan oleh pengendapan protein di otak yang mengganggu kerja sel-sel saraf. Beberapa gejala umum penyakit Alzheimer adalah:
1) Sulit mengingat waktu, tempat, nama, tanggal lahir, alamat dan berbagai informasi dasar lainnya
2) Sering kehilangan barang dan tidak dapat mengingat di mana letaknya
3) Sulit berbicara dan berkomunikasi dengan orang di sekitarnya
4) Sulit berjalan, mengenakan pakaian, dan menggunakan kamar mandi
5) Sering mengalami perubahan kepribadian dan mood
6) Sulit memahami apa yang terjadi di sekitarnya
7) Sering tidak ingat anggota keluarga dan tidak mampu mengurus diri sendiri
- Demensia vaskular
Jenis demensia berikutnya adalah demensia vaskular. Pada demensia tipe ini, kerusakan sel otak disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Demensia vaskular biasanya terjadi pada orang yang baru mengalami stroke. Gejala yang umum terjadi adalah:
1) Kebingungan dan mudah marah
2) Gangguan penglihatan
3) Halusinasi
4) Gangguan ingatan
5) Sulit berbicara dan memahami pembicaraan orang lain
6) Perubahan kepribadian
7) Sulit melakukan hal-hal sederhana
c. Demensia dengan Lewy body
Demensia tipe ini terjadi akibat adanya penumpukan protein tertentu di sel-sel saraf yang mengganggu penghantaran sinyal kimia di otak. Demensia ini memiliki gejala yang mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer dan penyakit Parkison, di antaranya adalah:
1) Gangguan daya ingat
2) Sulit berpikir, membuat keputusan, dan memberi perhatian
3) Melihat hal yang tidak ada (halusinasi visual)
4) Sulit tidur di malam hari atau jatuh tertidur secara mendadak saat siang hari
5) Sering melamun
6) Tangan gemetar
7) Sulit berjalan atau berjalan sangat lambat
d. Demensia frontotemporal
Demensia frontotemporal merupakan jenis demensia yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf di bagian frontal (depan) dan temporal (samping) otak akibat mutasi gen-gen tertentu. Area otak ini mengatur kemampuan bicara, membuat rencana, bergerak, dan emosi. Beberapa gejala yang dialami penderitanya adalah:
1) Perubahan kepribadian dan perilaku
2) Hilangnya hambatan (inhibisi) dari dalam diri saat berinteraksi dengan orang lain ataupun dengan diri sendiri, sehingga muncul tindakan-tindakan impulsif
3) Sulit bicara dan lupa kata-kata yang umum
4) Gangguan pergerakan, seperti kaku otot, tremor, dan gangguan keseimbangan
- Demensia campuran
Demensia campuran (mixed dementia) adalah kondisi di mana seseorang mengalami lebih dari satu tipe demensia, misalnya demensia akibat penyakit Alzheimer dengan demensia vaskular. Gejala yang dialami penderita demensia campuran akan sangat bervariasi tergantung pada tipe demensia yang dialami.
Di samping kelima tipe demensia di atas, sebenarnya masih ada beberapa jenis demensia lainnya tetapi sangat jarang terjadi. Untuk memastikan tipe demensia yang dialami, pasien harus diantar ke dokter untuk menjalani pemeriksaan.
Saat ini belum terdapat cara pencegahan yang pasti untuk demensia karena sebagian besar demensia disebabkan oleh faktor penuaan dan genetik. Namun, menjalani kebiasaan hidup yang sehat, seperti menjaga berat badan ideal, berolahraga yang cukup, menjaga kadar kolesterol, dan tidak merokok, dapat mengurangi risiko terjadinya demensia.
- Depresi
Depresi dapat menyebabkan penderitaan yang hebat dan menyebabkan gangguan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh National Association of Chronic Disease Directors, para lansia kerap mengalami depresi karena situasi yang tidak sama ketika masih muda dulu. Pertambahan usia melambatkan metabolisme dan fisik. Aktivitas yang dulunya diminati bisa jadi tidak lagi nyaman dilakukan ketika usia sudah senior. Selain itu, gejala depresi sering diabaikan dan tidak diobati karena muncul bersamaan dengan masalah lain yang dihadapi oleh lansia.
- Menurut American Association Untuk Geriatric Psychiatry, gejala depresi yang paling umum pada orang tua meliputi:
- Kesedihan yang terus-menerus
- Merasa melambat
- Kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah keuangan dan kesehatan
- Sering menangis
- Merasa tidak berharga atau tidak berdaya
- Perubahan berat badan
- Mondar-mandir atau gelisah
- Kesulitan tidur
- Kesulitan berkonsentrasi
- Keluhan somatik (nyeri fisik atau masalah gastrointestinal yang tidak dapat dijelaskan)
- Mundur dari kegiatan sosial
- Jenis – jenis depresi pada lansia :
- Depresi mayor
Depresi mayor merupakan jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Seseorang dikatakan menderita depresi mayor jika mengalami beberapa gejala berikut ini :
1) Suasana hati yang murung dan suram
2) Kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas lain yang sebelumnya disukai
3) Perubahan berat badan
4) Gangguan tidur
5) Sering merasa lelah dan kurang berenergi
6) Selalu merasa bersalah dan tidak berguna
7) Sulit berkonsentrasi
8) Kecenderungan untuk bunuh diri
Gejala bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Terlepas dari berapa lama gejala berlangsung, depresi berat dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup penderitanya.
- Depresi persisten
Depresi persisten atau distimia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi depresi yang bersifat kronis. Gejala yang ditimbulkan sama dengan depresi pada umumnya, hanya saja depresi jenis ini berlangsung lama bahkan hingga bertahun-tahun.
Seseorang dapat disebut menderita depresi persisten apabila ia merasakan gejala depresi yang menetap selama setidaknya 2 bulan secara terus menerus dan hilang timbul dalam waktu 2 tahun.
Walau gejalanya tidak selalu berat seperti depresi mayor, penderita depresi persisten juga sering kali memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dan menjalani aktivitas sehari-hari.
c. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Orang yang memiliki gangguan bipolar bisa merasa sangat senang dan berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba menjadi sedih dan depresi.
Ketika berada dalam fase senang dan berenergi (mania atau hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala berikut ini :
1) Optimis dan tidak bisa diam
2) Sangat berenergi dan lebih bersemangat
3) Percaya diri yang berlebihan
4) Susah tidur atau merasa tidak perlu tidur
5) Nafsu makan meningkat
6) Banyak pikiran
Setelah berada dalam fase mania atau hipomania untuk beberapa waktu, orang yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk ke fase mood yang normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan mood ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-minggu.
d. Depresi psikotik
Depresi psikotik ditandai dengan gejala depresi berat yang disertai adanya halusinasi atau gangguan psikotik. Penderita depresi jenis ini akan mengalami gejala depresi dan halusinasi, yaitu melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak nyata.
Tipe depresi ini lebih banyak terjadi pada orang tua. Meski begitu, orang yang masih muda pun bisa saja mengalaminya. Selain usia lanjut, riwayat trauma psikologis yang berat di masa kecil juga dikatakan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi psikotik.
- Kecemasan
Kecemasan sebagai kondisi dimana seseorang merasa tidak nyaman, perasaan tidak jelas, gugup, dan biasanya ditandai dengan berbagai gejala fisik seperti badan gemetar, jantung berdetak cepat, berkeringat, dan sebagainya. Menurut Dona Fitri dan Ifdil (2016:94), kecemasan (axiety) adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman samar- samar disertai perasaaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang tidak jelas. Kecemasan bisa terjadi pada semua kalangan, salah satunya lansia. Kecemasan pada lansia biasa terjadi dikarenakan berbagai hal, seperti lansia yang dahulu menjalani kehidupannya bersama – sama pasangan, merasakan kecemasan ketika ditinggal selamanya (meninggal) pasangannya. Lansia bingung dengan hal – hal apa yang akan dilakukan setelah hidup sendiri, lansia merasa khawatir tidak ada lagi teman bercerita dikala senang atau sedih, dan sebagainya. Berawal dari kecemasan ini menimbulkan berbagai permasalahan baik fisik maupun psikis pada lansia. Untuk mencegah timbulnya kecemasan pada lansia, maka kita perlu mengetahui gejala kecemasan tersebut. Menurut Dadang Hawari (2006: 65-66) dalam e-journal berjudul Konsep Kecemasan (Axiety) pada Lansia, gejala kecemasan meliputi :
Gejala Kecemasan yang
- Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
- Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
- Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
- Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
- Tidak mudah mengalah, suka ngotot
- Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
- Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit
- Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)
- Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
- Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
- Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris
Kemudian, menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53) kecemasan memiliki dua bentuk, yaitu.
- Trait anxiety Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.
- State anxiety State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.
Oleh : Liya Solikhah (Penyuluh Sosial Pertama)